LEBAK- BantenOnlineNews.Com
Aksi kepedulian sosial untuk mengatasi krisis air bersih di wilayah Lebak Selatan kembali dilakukan oleh sejumlah organisasi. Dewan Pimpinan Daerah Komite Wartawan Reformasi Indonesia (DPD KWRI) Provinsi Banten, Aliansi Lebak Selatan (ALS), dan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Kabupaten Lebak bersama relawan lainya mendistribusikan air bersih kepada warga di Kampung Karang Kencana, Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, dan Desa Sumberwaras, Kecamatan Malingping, Kamis, 26 September 2024.
Ketua DPD KWRI Banten, H. Edy Murpik, memimpin langsung distribusi air bersih di Kampung Karang Kencana, Desa Wanasalam, sekitar pukul 15.05 WIB. Ia didampingi oleh Ketua Aliansi Lebak Selatan, Agus Rusmana, serta U. Suryana dan Faruk dari perwakilan TAGANA Lebak.
Sebelumnya, pada Kamis pagi, tim relawan yang dipimpin oleh Lazarus Sandy mendistribusikan air bersih di Kampung Cisaat, Desa Sumberwaras, Kecamatan Malingping. Sementara pada Rabu (25/9/2024) di Desa Cihara, Kecamatan Cihara.
Saat kendaraan pengangkut air bersih tiba di Kampung Karang Kencana, masyarakat, khususnya kaum ibu, langsung menyerbu mobil pembawa air. H. Edy Murpik terlihat menuangkan air bersih melalui kran dari kendaraan dan disambut dengan suka cita warga. Beberapa anak-anak langsung mandi di tengah kerumunan masyarakat. Dalam waktu singkat, air sebanyak 1.000 liter pun habis.
Menurut H. Edy Murpik, aksi ini merupakan bentuk kepedulian nyata dari para wartawan, ormas ALS, dan relawan terhadap warga yang terdampak kekeringan. “Wartawan tidak hanya menjalankan tugasnya menulis berita sesuai fakta dan data, tetapi juga melakukan tindakan nyata.”
“Aksi ini adalah upaya bersama untuk membantu saudara-saudara yang kesulitan air bersih. Musim kemarau terus menjadi tantangan setiap tahun, dan kami berharap apa yang kami lakukan dapat sedikit meringankan beban warga,” ujar H. Edy Murpik.
Lebih lanjut, H. Edy menekankan pentingnya mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan kekeringan air bersih yang terus berulang. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah pembangunan fasilitas penyulingan air menggunakan teknologi Sea Water Reverse Osmosis (SWRO). Teknologi ini memungkinkan air laut diubah menjadi air tawar yang layak dikonsumsi dengan biaya terjangkau melalui gotong royong warga.
“Dengan jumlah sekitar 400 kepala keluarga (KK) di tiga perkampungan ini, ke depan diharapkan dapat dimusyawarahkan pembangunan sistem penyulingan air laut. Teknologinya sederhana, dengan membuat sumur bor dan penampungan, lalu air diolah melalui proses reverse osmosis menjadi air tawar. Dengan kapasitas 1.000 hingga 3.000 liter, alat ini bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari warga,” jelas H. Edy.
“Pembangunan reverse osmosis bisa juga didanai melalui dana desa atau BUMDes, dan menjadi salah satu usaha BUMDes,” kata H. Edy Murpik.
Solusi ini disambut baik oleh warga setempat, termasuk Bopong Sumarta, seorang tokoh masyarakat. Bopong menjelaskan bahwa krisis air bersih di daerahnya terjadi selama delapan bulan dalam setahun, sementara warga hanya bisa menikmati air tawar selama musim hujan.
“Jika hanya mengandalkan bantuan, sifatnya sementara. Kita perlu solusi yang lebih permanen,” ujar Bopong Sumarta.
Ema Asih, 65 tahun, dengan suka cita menyampaikan ucapan terima kasih sambil membawa satu jeriken air. Saat ditanya mengapa hanya membawa satu jeriken, ia menjawab, “Tidak kuat membawanya. Nanti anak saya yang akan membawa dengan ember.”
Sebelumnya pada Rabu (25/9/2024) kemarin sore, TAGANA Lebak telah memasang dua tangki penampungan air berkapasitas 1.000 liter di Kampung Karang Kencana dan Kampung Karanganyar, Desa Wanasalam.
Gerakan kepedulian ini tidak berhenti di Desa Wanasalam. DPD KWRI Banten, bersama ALS dan para donatur, juga berencana mendistribusikan air bersih ke beberapa desa lain yang terdampak krisis air.
“Kami akan mendistribusikan air bersih ke titik-titik prioritas seperti Desa Cihara, Desa Rahong, Desa Sukaraja, dan Desa Cipedang. Kebutuhan air bersih sangat mendesak, dan kami berkomitmen melanjutkan bantuan sesuai kemampuan,” jelas Sandy.
Kekeringan di Lebak Selatan, khususnya di wilayah pesisir seperti Muara Binuangeun, Karang Kencana, dan Karanganyar, telah menjadi masalah serius. Warga di wilayah ini sangat kesulitan mendapatkan air bersih karena air tanah yang ada telah terkontaminasi oleh intrusi air laut.
Kepala Desa Muara, Ujang Hadi, mengungkapkan bahwa lebih dari 4.100 kepala keluarga di desanya terdampak krisis air bersih, dengan empat RT mengalami kesulitan terparah. Sebanyak empat RT di desa tersebut, yaitu RT 001/001 Kampung Karang Malang I, RT 002/001 Kampung Karang Malang II, RT 003/001 Kampung Karang Kencana, dan RT 005/002 Kampung Karang Anyar, sejak beberapa bulan terakhir ini menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih akibat kondisi air yang asin dan tidak layak dikonsumsi.
“Air di empat RT ini sudah tidak bisa digunakan lagi untuk memasak, mandi, atau minum karena asin. Kami sangat membutuhkan solusi infrastruktur air bersih yang lebih permanen,” kata H. Ujang.
( RED/Tim)